Kesalahan Manager Pengembangan

10 Kesalahan Manager Management Leadership

Sebagai seorang manajer orang memiliki tuntutan yang berbeda dibandingkan karyawan yang lainnya. Namun banyak sekali hal-hal yang tidak disadari pada awal mereka menjabat seorang manajer. Bahkan kadangkala hal ini terjadi setelah mereka beberapa tahun menjadi seorang manajer. 10 kesalahan ini bisa ada yang disengaja atau tidak disengaja, biasanya karena kurangnya pemahaman yang baik dan benar ketika mereka menduduki posisi seorang manajer.

10 kesalahan tersebut adalah :

1. Terlalu Silo's ;
banyak manajer ketika mereka menduduki suatu posisi, masih terbawa eforia sebagai orang yang ahli di bidang tertentu. Sehingga mereka tidak tertantang untuk mempelajari berbagai macam keahlian baru yang dapat membantu mereka lebih efektif sebagai seorang pemimpin. Akibatnya mereka lebih fokus pada keahlian tertentu dibandingkan mengelola bawahan atau area yang lebih luas. Akibatnya dalam proses memimpin menjadi tidak efektif bahkan banyak sekali teamnya yang merasa atasan lebih berfokus kepada dirinya dibanding mengelola tim di bawahnya.

2. Melakukan perubahan terlalu cepat.
Seringkali ketika seorang manajer baru dituntut oleh owner maupun direktur yang berharap agar keberadaan mereka dapat memberikan kontribusi yang instant dan segera. Sehingga membuat mereka terlalu aktif untuk melakukan perubahan-perubahan. Namun mereka lupa bahwasanya perubahan tidak serta merta di tangan mereka tapi juga ditentukan oleh bagaimana budaya yang sudah ada sebelumnya, kemampuan

masing-masing orang di timnya, dan bagaimana sikap orang-orang yang ada terhadap perubahan itu sendiri. Jika seorang manajer yang terlalu ingin cepat berubah namun tidak melihat ketiga aspek di atas, mereka akan berhadapan dengan berbagai macam konflik yang pada ujungnya membuat bawahan mereka atau tim mereka akan mensabotase perubahan apapun juga. Manajer perlu lebih peka untuk melakukan analisa ekosistem kerja yang ada sehingga mereka tahu harus mulai dari mana perubahan itu dibangun.

Karena tidak serta merta instruksi perubahan itu diterima oleh bawaan. Seringkali mereka membutuhkan penjelasan berulang-ulang hingga mereka paham bahwa perubahan ini memang harus mereka lakukan. Atau bahkan perlu membangun budaya perubahan terlebih dahulu sebelum perubahan tersebut dieksekusi agar mereka tidak terlihat syok karena harus merubah kebiasaan yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun selama ini.

3. Tidak meluangkan banyak waktu untuk tim.
Banyak sekali orang yang menduduki posisi manajer, mencoba untuk menjaga jarak dengan orang-orang di sekitarnya termasuk tim kerjanya. Hal ini ini dapat terjadi karena ada perasaan insecure . Bahwa kalau terlalu dekat maka orang-orang ini akan susah diatur. Memang ada benarnya , namun cara mengatur jarak dengan orang lain, tentunya juga harus dilakukan dengan tepat. Karena tim juga sangat memerlukan figur yang kuat dari seorang manajer di atasnya agar mereka dapat termotivasi untuk bekerja dengan optimal dan sesuai dengan target yang diharapkan. Manajer harus banyak mengatur waktu bertemu dengan tim berdiskusi dan berkomunikasi atau minimal sekedar meminta bawahan untuk menceritakan hal-hal kesulitan yang mereka lakukan selama bekerja. Sehingga Tim akan merasa bahwa atasan memiliki niat yang positif untuk bekerjasama dengan mereka.

4. Belum mampu melepaskan ikatan hubungan dengan orang-orang tertentu.
Banyak para manajer ketika mereka menduduki posisi-posisi tertentu mereka masih memisahkan diri untuk berkumpul dengan orang-orang yang dulu berkarir bersama nya di perusahaan. Mereka membangun paradigma seakan-akan ada komunitas terpisah antara manajer dengan unit kerjanya. Hal ini tentunya akan membuat timnya menjadi tidak nyaman, karena mereka tidak merasa kehadiran manajer secara optimal di unit kerjanya. Alasan manajer tetap menjaga hubungan dengan orang-orang yang dulu berkarir bersama adalah karena mereka merasa berhutang budi dan merasa bahwa mereka adalah orang yang dulunya sama-sama berjuang di perusahaan ini. Namun sikap ini menjadi tidak profesional ketika anda dituntut juga untuk mengembangkan departemen anda namun Anda bergaul dengan orang yang tidak relevan di perusahaan.

5. Para manajer seringkali menggunakan otoritas terlalu besar.
Mereka menjadi sangat pengatur terhadap bawahan. Sehingga bawahan hanya menjadi eksekutor saja dengan mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh atasan. Jika mereka melakukan hal yang berbeda sering kali mereka kena hukuman . Hal inilah yang membuat bawahan menjadi tidak inovatif dan bertanggung jawab karena mereka berpikir mereka tidak punya kesempatan untuk mengaktualisasikan pemikiran mereka dan hanya sekedar mengikuti apa yang diselesaikan oleh manajernya. Sikap seperti ini tentunya melahirkan bawahan bawahan yang patuh dan penurut namun tidak kreatif dan seringkali mereka mencekoki atasan dengan berbagai macam pertanyaan yang sangat dangkal. Manajer perlu belajar melepaskan sedikit tanggung jawab kepada bawahan dan biarkan mereka menggunakan caranya masing-masing dalam menyelesaikan tugas tersebut sehingga tugas tersebut dapat dijadikan sebagai bahan belajar bagi bawahan untuk menuntaskannya dari awal hingga akhir.

6. Tidak tegas terhadap kinerja;
kondisi ini biasanya terjadi karena atasan merasa bahwa ia masih banyak kekurangan entah itu untuk memberikan karir entah itu untuk memberikan gaji yang sesuai dengan harapan bawahan. Akibatnya atasan mencari posisi aman karena dengan memberikan porsi pekerjaan yang tidak terlalu berat pada bawahan, maka beban kerja bawahan pun menjadi ringan dan pastinya tidak akan membuat bawahan mengeluh. Lalu juga ada yang berkaitan dengan pemahaman tentang kemampuan bawahan yang rendah membuat ia merasa tidak terlalu percaya diri untuk memberikan berbagai macam tugas dan membiarkan bawahan melakukan tugas mereka dengan gayanya masing-masing yang kadang-kadang tanpa monitoring dan evaluasi yang tepat. Manajer memiliki kewenangan untuk melakukan audit dan evaluasi berkala sehingga bawahan mendapatkan feedback secara konsisten tentang perilaku kerja mereka yang pada akhirnya membuat mereka sadar dan tahu bagaimana seharusnya mereka bersikap dan mengerjakan tugas tersebut agar sesuai dengan harapan perusahaan.

7. Terlalu lunak;
atasan memiliki berbagai macam alasan untuk tidak mendorong bawahan karena mereka merasa bahwa jika terlalu keras mereka takut jika bawahan akan memberontak atau menolak pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Perasaan sungkan ini ini sering terjadi jika punya bawahan yang lebih senior atau bahkan punya bawahan yang jauh lebih berpengalaman dan lebih galak. Akibatnya manajer mengambil jalan aman yaitu tidak terlalu mendorong kerja bawahan dan bersikap lunak terhadap pekerjaan-pekerjaan yang tidak berkualitas yang dihasilkan oleh bawahannya. Manajer harus memiliki satu pola pemikiran yang tepat yaitu ketika mereka memimpin orang yang tidak semua mereka akan setuju dengan apa yang kita harapkan namun sebagai seorang leader departemen kita wajib untuk memastikan semua orang harus mengikutinya. Artinya para manajer harus bisa mengatasi orang-orang yang menolak dengan berbagai macam cara. Misalnya kemampuan komunikasi harus ditingkatkan atau yang paling kuat adalah mereka menggunakan otoritas mereka dengan tegas agar bawahan bisa tahu apa yang diharapkan dari mereka bekerja di perusahaan.

8. Manajer yang yes man;
keterampilan seorang manajer juga meliputi keterampilan untuk diplomasi dan negosiasi , baik kepada atasan kepada lintas departemen dan pihak eksternal sekalipun juga. Seringkali karena mereka merasa belum cukup percaya diri sehingga mereka mempersilahkan semua orang mengganggunya dengan tugas-tugas tambahan yang tidak relevan. Atau mungkin mereka menerima pekerjaan yang sebenarnya bukan pekerjaan utama yang pada akhirnya membuat mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan tersebut. Biasanya hal ini terjadi karena mereka merasa tidak nyaman kalau mereka harus mengatakan tidak atau menolak apalagi dengan posisi yang masih mencoba untuk diterima oleh lingkungan baru. Namun tentunya sebagai seorang leader anda punya tanggung jawab terhadap tujuan yang menuntut Anda punya keberanian. bahkan ketika banyak orang yang tidak setuju dengan apa yang Anda putuskan tapi itu itu anda lakukan karena untuk kebaikan perusahaan dan banyak orang.

9. Micromanaging;
banyak manajer yang masih terjebak di rutinitas untuk melakukan administrasi operasional yang terlalu detil sehingga mereka kehilangan waktu untuk melihat helikopter view secara lengkap. Hal ini biasanya diakibatkan karena masih banyaknya manajer yang tidak percaya kepada kemampuan bawahannya. Apalagi jika mereka pernah menjadi seorang ahli di bidang tersebut lalu mereka harus dengan terpaksa menjadi mengelola tim mereka. Tentunya seorang manajer harus mulai berani mendelegasikan tugas yang bernilai rendah seperti administrasi kepada bawahan mereka dan mulai meluangkan sebagian besar waktu mereka untuk melihat gambaran besar di level departemen bahkan di level korporasi. Karena itulah tujuan seorang manajer yaitu melihat banyak hal yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang di level bawah pada umumnya. Tetapi jika mereka terjebak di hal-hal yang adminstrasi dan operasional, maka nilai mereka sebagai seorang manajer menjadi sangat rendah.

10. Sharing informasi pada orang yang salah;
manajer perlu memahami ketika mereka sudah menduduki satu level kepemimpinan, mereka harus hati-hati dengan apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka putuskan. Karena orang dibawahnya atau tim akan percaya ketika Anda mengatakan sesuatu itu adalah keputusan yang harus mereka lakukan. Sehingga jika kita memutuskan yang hal yang salah maka bawahan atau tim kita pun akan salah mengerjakannya. Manajer juga mesti berhati-hati ketika menginformasikan satu informasi. Pastikan bahwa informasi tersebut diberikan kepada orang yang tepat yang pada akhirnya bisa membantu untuk menyelesaikan masalah bukan kepada orang yang hanya ingin tahu masalah departemen lain dan mereka lebih senang untuk menjadikan informasi itu sebagai gosip bukan sebagai masalah yang harus diselesaikan. Manajer harus memastikan setiap mereka mendiskusikan dan informasi siapa orang yang mereka hadapi . Jika anda merasa bahwa ternyata orang-orang di sekeliling anda itu hanya ingin tahu, tapi tidak dapat berkontribusi terhadap masalah yang anda hadapi sebaiknya anda tidak ceritakan itu kepada mereka.

10 hal ini tentunya bukan masalah mudah untuk diselesaikan. Namun menjadi warning bagi para manajer yang baru untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pada akhirnya akan merugikan karir mereka ke depan. Karena ketika seorang manajer mendapat mandat sebagai leader di satu departemen mereka akan diukur keberhasilannya melalui pencapaian target yang optimal. Artinya manajer harus berfokus pada target itu dan sisanya adalah keterampilan-keterampilan yang harus mereka siapkan sehingga target tersebut bisa tercapai dengan optimal dan pada akhirnya perusahaan akan melihat kontribusi anda sebagai seorang manajer yang handal

 


First slide